PHK dan Kebangkrutan Landa Industri Penerbangan Akibat Pandemi Corona

PHK dan Kebangkrutan Landa Industri Penerbangan Akibat Pandemi Corona

Industri maskapai penerbangan paling terpukul dari badai PHK hingga bangkrut oleh penerapan lockdown disejumlah negara atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Indonesia akibat pandemi corona. Larangan terbang dan berkurangnya jumlah wisatawan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis maskapai penerbangan.

Beberapa seperti Thai Airways dan Virgin Australia bahkan telah mengajukan klaim pailit atau bangkrut.

Di Indonesia sendiri, sejumlah maskapai penerbangan seperti Garuda, AirAsia dan Lion Air telah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap karyawan seperti merumahkan pegawai, melakukan pemotongan gaji hingga menghentikan kontrak kerja bagi karyawan tidak tetap. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan arus kas perusahaan tetap terjaga. Langkah lain dilakukan adalah dengan merampingkan operasi perusahaan, mengurangi pengeluaran dan merestrukturisasi organisasi.

Baca : Sektor Usaha Yang Paling Rugi Karena Pandemi Corona

Berikut ini adalah daftar maskapai penerbangan melakukan PHK hingga bangkrut ditengah pandemi corona:

1. Lion Air

Lion Air Group melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan, baik tenaga kerja Indonesia maupun asing (expatriate). Pengurangan karyawan dilakukan di tengah anjloknya penjualan tiket selama pandemi virus corona. Rata-rata kapasitas operasi Lion Air hanya mencapai 10 - 15 persen dari kapasitas normal yaitu rata-rata 1.400 - 1.600 penerbangan per hari.

Petugas dengan pakaian APD lengkap telah selesai membersihkan pesawat Lion Air

Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menyebut PHK dilakukan berdasarkan masa kontrak kerja. Pekerja yang masa kontraknya telah berakhir dipastikan tak akan diperpanjang oleh perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang dipangkas tersebut adalah 2.600 karyawan.

Selain itu, Lion Air Group juga melakukan pemotongan gaji seluruh manajemen dan karyawan dengan nilai persentase bervariasi. Lion Air Group telah menunda pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) bagi karyawan pada Idul Fitri 2020. THR tahun ini hanya diberikan kepada pegawai dengan penghasilan total sama dengan UMR. Mayoritas pegawai tersebut bekerja sebagai tenaga kebersihan, pengamanan, pengemudi dan porter. Kebijakan tersebut mulai diterapkan dari Maret lalu hingga waktu yang belum ditentukan.

2. Garuda Indonesia

Pramugari Garuda memakai face shiled menyambut penumpang pada era new normal / Instagram Garuda Indonesia

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merumahkan sebanyak 800 karyawan kontrak atau karyawan berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) selama tiga bulan terhitung mulai 14 Mei 2020. Keputusan tersebut diambil melalui kesepakatan antara karyawan dan perusahaan atau bukan keputusan sepihak. Disisi lain Garuda juga melakukan pemotongan gaji karyawan yang rentangnya bervariasi mulai dari 15 persen hingga 50 persen.

Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan upaya lanjutan demi menjaga keberlangsungan perseroan. "Selama periode tersebut, karyawan yang dirumahkan tetap mendapatkan hak kepegawaian berupa asuransi kesehatan maupun tunjangan hari raya (THR) yang sebelumnya telah dibayarkan," katanya.

Pendapatan Garuda pada saat pandemi ini turun hingga 90 persen dengan 80 persen pesawat dikandangkan. Sedangkan mayoritas penerbangan hanya terisi dibawah 50%.

Menurut Ketua Asosiasi Pilot Garuda (APG) Capt Bintang Muzaini menyebut 181 pilot maskapai penerbangan Garuda Indonesia terkena PHK per tanggal 1 Juni 2020. Ia mengaku sudah menyampaikan keberatan atas keputusan perusahaan tersebut. Karena keputusan dan kabar PHK disampaikan secara mendadak, tak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kontrak kerja yaitu paling 30 hari atau ada yang lebih dari sampai 90 hari. Ia menambahkan PHK di Garuda tak hanya menyasar pilot baru atau junior. PHK juga menyasar pilot senior dengan pengalaman jam terbang lebih panjang.

Maskapai Garuda Indonesia memutuskan mempercepat penyelesaian kontrak kerja pilot mereka yang bekerja dengan status hubungan kerja waktu tertentu. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan kebijakan tersebut dilakukan sebagai langkah lanjutan yang perlu ditempuh perusahaan untuk meredam tekanan akibat pandemi virus corona. Percepatan juga dilakukan demi menyelaraskan ketersediaan dan permintaan operasional penerbangan yang terdampak besar oleh pandemi COVID-19.

3. AirAsia Indonesia

Awak kabin AirAsia siap untuk kembali melayani rute penerbangan yang telah dibuka / Newsroom AirAsia

Manajemen AirAsia melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia menyampaikan adanya PHK dan telah merumahkan karyawannya sebanyak 873 orang dari total 1.645 karyawan. Corporate Secretary PT AirAsia Indonesia Tbk Indah Permatasari Saugi menjelaskan langkah perusahaan melakukan PHK terhadap sembilan karyawan berbarengan dengan masa pandemi corona karena masa kerja sembilan karyawannya telah berakhir dan tidak diperpanjang.

Sebanyak 328 karyawan perusahaan asal malaysia ini mendapatkan pengurangan waktu kerja antara 10 - 50 persen per bulan sesuai dengan tingkat senioritas di manajemen. Pengurangan jam kerja berimbas pada berkurangnya gaji karyawan tersebut.

Pandemi corona berpotensi menurunkan laba bersih AirAsia hingga 75 persen karena kegiatan operasionalnya terhenti. Sebagai upaya untuk mempertahankan perusahaan, AirAsia kini menggencarkan strategi cash conservation mode.

Strategi itu mengharuskan AirAsia melakukan kontrol biaya internal yang ketat, seperti tidak adanya pengangkatan karyawan baru. Sewa pesawat yang akan kedaluwarsa pun rencananya tidak akan diperpanjang. Perseroan juga akan melakukan renegosiasi pengurangan biaya sewa.

4. Susi Air

Susi Pudjiastuti, mantan menteri kelautan dan perikanan, mengaku maskapai perintis yang didirikannya, Susi Air, mengambil langkah PHK terhadap sejumlah karyawan. Alasannya, dampak pandemi virus corona. Namun, belum ada penjelasan resmi berapa banyak karyawan Susi Air yang sudah dirumahkan dan di-PHK karena operasional penerbangan Susi Air telah terhenti hampir 99 persen.

5. Thai Airways

Petugas ticketing menatap sedih pengumuman kebangkrutan Thai Airways / Bangkok Post

Situasi keuangan terparah dialami oleh Thai Airways yang memiliki 21 ribu karyawan. Maskapai penerbangan nasional Thailand menyatakan bangkrut dan tengah menjalani proses rehabilitasi utang. Pengadilan Kepailitan Pusat di Bangkok menerima permintaan maskapai tersebut untuk melakukan rehabilitasi berdasarkan undang-undang kepailitan Thailand pada Rabu 27 Mei 2020.

Melalui keputusan ini maka penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket dianggap sebagai kreditor, dan maskapai ini memiliki kewajiban berdasarkan hukum yang mencegahnya untuk melakukan refund. Nilai tiket yang tidak bisa di refund yang diperkirakan mencapai Rp 11 triliun atau setara dengan 24 miliar baht. Sementara nilai aset Thai Airways hanya 257 miliar bath dengan utang sebesar 245 miliar bath di akhir 2019.

6. Air France

Maskapai Air France dan anak perusahaannya, HOP! berencana memutus hubungan kerja dengan 7.580 karyawan di tengah peningkatan kerugian akibat pandemi covid-19 berkepanjangan. Air France memasang target memangkas 6.560 karyawan hingga akhir 2022, sementara HOP! akan memutus hubungan kerja dengan 1.020 pekerja. Meskipun pemerintah Prancis telah memberikan bantuan senilai 17 milyar dolar.

Air France berharap akan ada 3.500 karyawan yang mengundurkan diri secara sukarela, termasuk karena alasan pensiun, agar dapat meringankan beban keuangan perusahaan. Keputusan ini diambil ketika Asosiasi Transportasi Udara Internasional meramalkan industri penerbangan global akan mengalami kerugian hingga 84 miliar dolar pada tahun ini.

"Pemulihan sepertinya akan sangat lamban karena ketidakpastian mengenai situasi kesehatan, pencabutan larangan perjalanan, dan perubahan permintaan komersial," demikian pernyataan Air France. Air France sendiri memperkirakan tak akan bisa meraih profit hingga tahun 2024.

7. Qantas Airways

Maskapai terbesar Australia, Qantas melakukan PHK terhadap 6.000 karyawan, merumahkan sebagian sisa pegawainya dan mengandangkan 100 pesawat hingga setahun untuk menghemat biaya operasional 10 miliar dolar. Langkah itu diambil untuk menyelamatkan bisnis dari pandemi corona yang membuat semua industri penerbangan merugi besar.

Qantas yang merayakan satu abad perusahaannya pada tahun ini, justru harus menelan pil pahit. Wabah virus corona membuat perusahaan yang bermarkas di kota Mascot Australia ini harus membatalkan hampir seluruh rute penerbangan internasional. Rute penerbangan domestik juga dipangkas meskipun adanya pelonggaran pembatasan anta rwilayah. Perusahaan juga berencana untuk memperkuat modal hingga 1,9 miliar dolar Australia.

Dewan Serikat Pekerja Australia (ACTU) mengecam kebijakan Qantas dan meminta PM Australia Scott Morrison memperpanjang program subsidi gaji untuk mencegah PHK karyawan. Serikat Pekerja Australia menganggap jika program tersebut mampu memperpanjang kontrak Alan Joyce dengan gaji senilai 23,9 juta dolar, makan seharusnya juga mampu untuk tidak melakukan PHK. Gaji Alan Joyce ini memecahkan rekor sebagai gaji termahal CEO pada tahun 2018.

8. Emirates Airlines

Emirates Airlines juga tidak luput dari efek pandemi corona ini. Perusahaan maskapai asal Uni Emirat Arab juga terpaksa melakukan PHK. Namun, maskapai ini tidak menyebutkan berapa banyak karyawan yang di-PHK.

Keputusan PHK merupakan langkah lanjutan dari maskapai penerbangan Emirates untuk bertahan di tengah krisis. Setelah pada Maret lalu, maskapai asal Uni Emirat Arab itu melakukan pemotongan gaji antara 25 - 50 persen untuk mayoritas pegawai setelah berhenti beroperasi. Sekedar diketahui, Emirates Airlines sendiri memiliki sekitar 100 ribu pegawai dan 270 pesawat.

Emirates Airlines memprediksi butuh waktu 18 bulan agar permintaan penerbangan kembali normal. Maskapai milik pemerintah UEA itu telah membatalkan seluruh penerbangan pada 22 Maret 2020, sebelum membuka kembali pelayanan penerbangan dua pekan kemudian.

9. Kuwait Airways

Sedangkan Kuwait Airways baru-baru ini melakukan PHK terhadap 1.500 pegawai asing atau seperempat dari jumlah pegawai asing mereka. Mereka yang berwarga negara Kuwait atau menikah dengan warga negara Kuwait tidak terkena program PHK tersebut. Maskapai penerbangan ini memiliki 6.925 pegawai dan 30 pesawat. Namun pada akhir April hingga awal Mei melakukan lebih dari 200 kali penerbangan untuk memulangkan 30.000 warganya diluar negeri.

10. Virgin Australia

Maskapai penerbangan Virgin Australia milik Richard Branson menjadi yang pertama di kawasan Asia dan sekitarnya yang mengalami kebangkrutan akibat pandemi virus corona. Maskapai tersebut tercatat memiliki utang sebesar 3,2 miliar dolar atau setara sekira Rp 49,7 triliun. Penerbangan Virgin Australia telah melakukan PHK sekitar 8.000 pegawai atau 80 persen dari total karyawannya. Pemerintah Australia telah menolak proposal pinjaman yang diajukan senilai 1.4 milar dolar yang dapat dikonversikan menjadi saham.

Deloitte akan mengambil kendali administrasi atas maskapai yang berkantor pusat di kota Brisbane tersebut selama restrukturisasi. Selain itu, Virgin Australia akan mencari investor-investor baru untuk menginjeksi modal, menata kembali pinjaman, atau memperoleh pembeli.

Sebuah perusahaan investasi asal Amerika serikat, Bain Capital diberitakan siap membeli Virgin Australia, apabila disetuji oleh para kreditor. Bain Capital adalah salah satu perusahaan investasi terbesar didunia dengan total aset yang dikelola mencapai 105 milyar dolar.

11. Tiger Air

Maskapai Virgin Australia mengumumkan pada hari ini tanggal 7 Agustus 2020 bahwa mereka akan menutup anak perusahaan Tiger Air. Tiger Air juga PHK 3.000 orang karyawan karena dampak ekonomi akibat lockdown pandemi virus corona. Virgin Australia mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan 6.000 karyawan yang tersisa. Tiger Air melakukan ini karena pemerintah Australia menetapkan pembatasan penerbangan hingga tahun 2021

Tiger Air pada bulan februari 2020 lalu telah membukukan rugi bersih senilai 97 juta dolar. Tiger Air akan mengurangi 7 pesawat Airbus A320 dan hanya mengoperasikan 8 pesawat Boing 737 saja.

Virgin Australia sebagai induk perusahaan ini memiliki enam pilar fokus dari strategi untuk memulihkan kerugian. Enam strategi fokus ini adalah perombakan struktur biaya Virgin Australia, strategi nilai pelanggan, revitalisasi budaya perusahaan, investasi digital dan data pelanggan yang signifikan, kekuatan neraca keuangan dan pertumbuhan di masa depan.

12. American Airlines

Armada Penerbangan American Airlines Yang Menganggur
Jajaran armada American Airlines yang menganggur karena pandemi corona / Financial Times

American Airlines melakukan PHK kepada 19 ribu karyawan pada 1 Oktober 2020. Langkah itu dilakukan untuk memaksa dari Kongres Amerika Serikat memberikan lebih banyak bantuan insentif dan dana talangan tunai. Melalui Undang-Undang Bantuan dan Keamanan Ekonomi Coronavirus atau CARES Act American Airlines telah mendapatkan bantuan sebanyak 50 miliar dolar dengan syarat tidak boleh melakukan PHK hingga 1 Oktober 2020.

Maskapai penerbangan terbesar di dunia yang memiliki 133.700 karyawan itu menyatakan perlu mengurangi jumlah karyawan sampai dengan 40 ribu orang karena kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi corona.

American Airlines menyatakan 12.500 karyawan telah setuju untuk meninggalkan perusahaan dengan cara pensiun dini dan 11.000 lainnya setuju untuk cuti sukarela tanpa bayaran pada Oktober nanti. Langkah lain yang dilakukan untuk menyelamatkan cash flow adalah dengan menangguhkan penerbangan ke 15 jalur kecil untuk mengurangi biaya operasional.

13. United Airlines

United Airlines berencana untuk memberhentikan hingga 16 ribu pekerja mulai Oktober 2020 mendatang. Aksi ini dilakukan di tengah suramnya industri penerbangan karena pandemi virus corona. Maskapai raksasa asal AS ini mengatakan bisa memangkas 36 ribu pekerja. Dari 16 ribu pegawai, sebanyak 7 ribu merupakan pramugari dan 3 ribu pilot. Selain PHK, sebagian karyawan pun ditawari program pensiun dini dan program lainnya.

Langkah ini dinilai krusial untuk maskapai agar bisa menekan pengeluaran. United termasuk di antara maskapai penerbangan yang menerima pendanaan federal, yang melarang pemotongan staf paksa hingga akhir September. United mengatakan sedang bekerja dengan serikat pekerja untuk menekan pemerintah agar memberikan paket bantuan darurat lainnya dengan perpanjangan dukungan penggajian bagi pekerja maskapai penerbangan.

Produsen Pesawat Terbang

Pandemi virus corona bukan hanya merugikan banyak maskapai penerbangan. Nasib pegawai produsen pesawat ikut terancam karena kinerja industri penerbangan global mengalami penurunan terburuk sepanjang sejarah. Permintaan konsumen untuk melakukan penerbangan terus turun selama pandemi COVID-19. Kondisi ini pun diperkirakan belum bisa sepenuhnya pulih untuk beberapa tahun kedepan.

Perusahaan seperti Airbus dan Boeing pun mengurangi produksi dan memangkas ribuan pekerja mereka akibat banyaknya maskapai penerbangan yang menunda bahkan membatalkan pesanan pesawat baru. Efek lanjutannya industri penerbangan adalah perusahaan besar seperti General Electric Airbus dan Rolls-Royce sebagai pemasok mesin pesawat juga ikut PHK sekitar 52 ribu pegawai mereka karena lesunya permintaan akan komponen pesawat.

Masa Depan Industri Penerbangan

Pelaku usaha penerbangan di bawah Indonesia National Air Carriers Association (INACA) memperkirakan efek dari pandemi covid-19 terhadap industri penerbangan masih panjang. Rerata pendapatan maskapai penerbangan Indonesia di saat ini menurut IATA adalah Revenue Passenger Kilometers (RPK) di 2019 akan kembali normal pada 2022. Global RPK di 2021 kira-kira akan berada pada level 20 - 41 persen dari sebelum pandemi COVID-19,

Data menyatakan bahwa sebesar 76 persen orang memilih melakukan wisata lokal untuk menghilangkan rasa jenuh dan stress akibat COVID-19. Pada new normal ini, wisatawan lebih memilih untuk wisata domestik yang dekat dengan tempat tinggalnya. Karena itu sangat sulit bagi industri penerbangan untuk pulih dengan masih berlakunya social distancing dan new normal ini.

Investor kawakan Warren Buffett juga telah meramalkan bahwa badai industri penerbangan telah dimulai saat pandemi baru saja dimulai. Warren Buffett menjual semua saham yang dia miliki pada empat maskapai penerbangan di Amerika Serikat. Penjualan saham di United, American, Southwest dan Delta Airlines tersebut senilai 4 milyar dolar. Berkshire, perusahaan yang dipimpin oleh Warren Buffett memilih menunggu situasi normal kembali dan memegang uang tunai saat pandemi ini. Persediaan uang tunai Berkshire telah meningkat dari 125 milyar menjadi 137,3 milar dolar pada bulan Mei 2020.

Aksi penjualan saham ini menuai kritik pedas dari Presiden Amerika Donald Trump yang menganggapnya ini sebuah kesalahan besar. Penjualan saham besar-besaran ini akan memberikan sentimen negatif dan menyulitkan Trump untuk menumbuhkan kepercayaan dan membangun ekonomi Amerika.

Topik Terkait

Bisnis PlanCOVID 19EkonomiTransportasi
Masalah Bisnis? Kami Siap Membantu
  • Growth Strategy
  • Digital Marketing
  • Sales Operational
  • Business Development