Sektor Usaha Paling Rugi Karena Corona

Sektor Usaha Paling Rugi Karena Corona

Hasil data dilapangan menyatakan ada enam sektor usaha paling rugi karena pandemi corona atau virus covid-19. Sektor usaha ini cenderung untuk merumahkan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja pada masa sulit. Keenam sektor usaha ini haruslah dihindari bila akan terjun kedalam bisnis ini. Terutama bila baru akan berwirausaha dan bermodal minimal. Enam sektor usaha tersebut antara lain:

  • Penyedia akomodasi seperti hotel, losmen dan penginapan
  • Makanan dan minuman seperti cafe, restoran, catering dan warung
  • Perdagangan dan pergudangan karena melambatnya aktivitas bisnis
  • Transportasi seperti maskapai penerbangan
  • Konstruksi dan
  • Jasa seperti pernikahan, wedding organizer dan fotografi

Sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat terganggunya kegiatan operasional perusahaan yang terdampak krisis ini. Perusahaan yang paling banyak melakukan PHK adalah UKM dan usaha Mikro karena struktur dan proses bisnis yang masih belum profesional.

Baca : Daftar Perusahaan Indonesia Yang Berhasil Cetak Laba Bersih Ketika Pandemi Corona

Rincian Sektor Usaha Yang Rugi

Tolak ukur kerugian dari enam sektor tercermin dari rendahnya laju pertumbuhan masing-masing sektor pada kuartal I 2020. Data riset mencatat sektor konstruksi minus 6,92 persen, transportasi dan pergudangan minus 6,38 persen, serta penyedia akomodasi seperti perhotelan, makanan, dan minuman minus 3,54 persen.

Selanjutnya, pertumbuhan sektor perdagangan minus 1,38 persen, jasa lainnya minus 1,39 persen, dan industri pengolahan minus 1,17 persen. Padahal, serapan tenaga kerja dari masing-masing sektor tidak sedikit karena sektor ini termasuk sektor padat karya.

Perdagangan misalnya, porsi tenaga kerja yang terserap mencapai 19 persen dari total pekerja di Indonesia. Sektor ini merupakan sektor usaha penyerap tenaga kerja terbesar kedua di Tanah Air setelah pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Selain dari sisi pertumbuhan sektor usaha ini, potensi kehilangan pekerjaan juga tercermin dari jenis kelamin. Riset mengemukakan bahwa pekerja perempuan cenderung lebih mudah kehilangan pekerjaan daripada laki-laki. Walaupun gaji pekerja perempuan jauh lebih rendah dari pekerja pria yang berkemampuan dan pengalaman setara serta panjang jam kerja yang sama

Sementara porsi serap tenaga kerja di sektor usaha industri pengolahan mencapai 14,88 persen atau ketiga terbesar di Indonesia. Lalu, porsi tenaga kerja sektor penyedia akomodasi, makanan, dan minuman 6,69 persen, konstruksi 6,65 persen, transportasi dan pergudangan 4,36 persen, dan jasa lainnya 4,09 persen.

Kebetulan, usaha penyedia akomodasi, hotel, makanan, dan minuman didominasi oleh pekerja perempuan. Dominasi perempuan pada sektor ini disebabkan karena keterampilan soft skill dan empati perempuan jauh lebih baik dibandingkan laki-laki. Selain itu sektor ini memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan sektor lainnya. Peluang perempuan di-PHK atau dirumahkan pun cukup besar pada empat sektor bisnis ini.

Pekerja Terkena PHK Rentan Miskin

Apabila pekerja sudah kehilangan pekerjaan maka hal selanjutnya akan membuat mereka memiliki kerentanan jatuh miskin yang lebih tinggi dari pekerja di sektor lain. Pekerja di sektor usaha penyedia akomodasi serta makanan dan minuman, perdagangan, transportasi dan pergudangan, industri pengolahan, serta jasa lainnya umumnya diisi oleh pekerja dari kelas menengah rentan.

Kebanyakan pekerja dari sektor ini didominasi oleh mereka yang baru bekerja, sehingga cenderung memiliki jumlah tabungan yang terbatas. Krisis ekonomi yang berkepanjangan memperbesar kemungkinan tabungan mereka habis. Hal ini tentunya akan meningkatkan kerentanan untuk miskin tenaga kerja dari kelompok menengah.

Selain itu, pekerja dari kelompok menengah biasanya tidak menjadi penerima bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Kelompok ini pada masa ekonomi normal tidak terdaftar dari kelompok miskin atau rentan miskin. Ketidakmampuan pemerintah untuk mendata mereka pada saat krisis membuat mereka tidak punya bantalan ketika tertekan. Maka dari itu, kerentanan pada pekerja dari kelompok menengah dan sektor-sektor usaha ini cukup besar.

Kemudian, para pekerja di sektor-sektor ini umumnya berusaha secara informal. Pekerja informal sejatinya punya kelebihan mudah beradaptasi dengan perubahan kondisi daripada pekerja kantoran yang sudah terbiasa hidup mapan.

Sayangnya, para pekerja informal umumnya terbatas aksesnya ke program perlindungan sosial. Misalnya, insentif pungutan pajak kepada pegawai umumnya diberikan ke pekerja formal yang bekerja pada perusahaan besar.

Terakhir, ekonomi para pekerja di enam sektor usaha yang rugi akibat corona ini, rentan jatuh karena didominasi oleh mereka yang memiliki pendidikan rendah, yaitu antara sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA). Padahal tingkat pendidikan yang rendah dan kompetensi kerja semakin meningkat dari waktu ke waktu akan membuat masyarakat sulit direkrut pada masa berikutnya. Apalagi pemutusan hubungan kerja membuat CV mereka terlihat buruk dimata HRD perusahaan. Hal ini membuat peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru terhambat.

Terkait : Cara Memulai Bisnis Pertanian Yang Menguntungkan

Sektor Usaha UMKM Yang Bisa Bertahan

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kelompok usaha yang paling terpukul akibat pandemi Corona (COVID-19). Meski begitu, ada beberapa bisnis UMKM yang dinilai masih tumbuh dan bisa bertahan.

Meski bisnis pakaian rata rata turun pada masa pandemi tetapi bisnis yang permintaannya banyak adalah daster dan sarung. Hal itu disebabkan karena saat ini orang lebih banyak di rumah, sehingga membutuhkan pakaian yang santai tapi modis.

Banyak pengusaha batik dan pengerajin batik yang merubah dari jualan batik fashion ke pakaian daster. Karena permintaannya cukup tinggi akibata orang sering di rumah. Jadi jualan daster sama sarung sekarang lebih laku daripada jualan batik.

Sedangkan UMKM fashion batik yang tetap tidak bisa berubah dan jeli melihat peluang ini, tidak akan diminati pembeli. Sebab di tengah pandemi ini tidak banyak orang menghadiri pesta pernikahan.

Ditengah ekonomi yang sulit dan penerapan social distancing yang meluas sekarang orang konsumsi lebih banyak untuk urusan makan dan minum yang termasuk kebutuhan pokok, kebutuhan pribadi yang berkaitan dengan kesehatan, pemeliharaan atau kebutuhan rumah dan sebagainya.

Pelaku UMKM, terutama yang terdapat dalam daftar sektor usaha paling rugi diharapkan dapat melakukan adaptasi bisnis dan melakukan inovasi produk agar bisa bertahan dari dampak pandemi corona. Mereka diharapkan bisa melakukan adaptasi produk sesuai permintaan pasar yang dibutuhkan saat ini. Apabila membutuhkan insight atau menghadapi permasalah dalam bisnis, jangan ragu-ragu untuk segera berkonsultasi dengan kami.

Topik Terkait

COVID 19EkonomiFMCGUsaha Kuliner
Naila Akbar

Naila Akbar

Mendapat gelar BA dalam Hubungan Internasional dari Universitas Carleton dan pernah bekerja sebagai reporter di berbagai kantor berita di Asia. Ia sangat menyukai topik HRD dan bisnis UKM
Masalah Bisnis? Kami Siap Membantu
  • Growth Strategy
  • Digital Marketing
  • Sales Operational
  • Business Development