Daftar Perusahaan Yang Berhasil Raih Keuntungan Ditengah Pandemi Corona dan Resesi Ekonomi

Daftar Perusahaan Yang Berhasil Raih Keuntungan Ditengah Pandemi Corona dan Resesi Ekonomi

Sejumlah emiten perusahaan go publik berhasil mencetak kinerja positif sepanjang kuartal I/2020. Akan tetapi kondisi ekonomi yang memburuk akibat pemberlakukan PSBB saat pandemi covid-19 akan menjadi rintangan untuk kembali membukukan laba bersih pada kuartal berikutnya. Namun sejumlah perusahaan swasta dan nasional sukses mencetak keuntungan ditengah pandemi virus corona, bahkan di tengah ancaman resesi ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 mengalami kontraksi cukup dalam yaitu minus 5,32 persen padahal pada semester pertama 2019, ekonomi Indonesia alami pertumbuhan 5,06 persen.

Beberapa sektor industri masih berpeluang tumbuh pada kuartal II/2020 seperti industri telekomunikasi, rokok, konsumer, kesehatan, farmasi, dan perkebunan karena tidak terlalu berpengaruh terhadap kebijakan PSBB. Sementara sektor ritel dan konstruksi akan sulit untuk mencatatkan pertumbuhan yang baik pada kuartal II/2020

Sektor Industri Konsumsi dan Farmasi

Masyarakat borong Indomie guna antisipasi lockdown saat pandemi corona / Twitter

Secara sektor, perusahaan di sektor barang konsumsi dan farmasi yang paling tinggi mencetak keuntungan. Perolehan laba bersih tertinggi diperoleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar Rp. 3,37 triliun pada semester I 2020 atau naik 31,20 persen meskipun dari sisi penjualan hanya naik sebesar 4,14 persen atau sebesar Rp. 910 milyar.

Sedangkan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sepanjang semester I-2020 lalu mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 11,68 persen. Nilai laba bersih ini naik menjadi Rp 2,84 triliun atau Rp 300 milyar. Dari sisi penjualan hanya mengalami kenaikan 2 persen.

Terkait : Bagaimana Mengelola Bisnis Saat Pandemi Agar Tetap Untung

Indofood CBP juga mendapatkan penawaran untuk mengakuisisi perusahaan yang berbasis dinegara rendah pajak British Virgin Island, Pinehill Corpora Limited dan Steele Lake Limited yang merupakan perusahaan pembuatan mie instan untuk Arab Saudi, Nigeria, Turki, Mesir, Kenya, Maroko dan Serbia. Grup Pinehill menggunakan merek ‘Indomie’ dengan lisensi dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Untung bersih PT Mayora Indah Tbk (MYOR) meningkat Rp 131 miliar menjadi Rp 938 miliar. Laba bersih PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) juga bertambah Rp 47 miliar menjadi Rp 555 miliar.

Pada sektor farmasi, untung bersih PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) naik Rp 131 miliar menjadi Rp 1,39 triliun.

Industri Perbankan dan Keuangan

Sektor dengan perolehan keuntungan tertinggi kedua adalah industri keuangan. Berdasarkan data yang kami peroleh, laba PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) naik Rp 300 miliar dari Rp 1,53 triliun menjadi Rp 1,56 triliun pada semester I 2020. Kenaikan untung bersih juga diperoleh PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sebesar Rp 52 miliar menjadi Rp 809 miliar, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) sekitar Rp 11,5 miliar menjadi Rp 31,3 miliar. Sedangkan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) berhasil membukukan untung bersih sebesar Rp 8 miliar menjadi Rp 807 miliar.

Peningkatan laba atau keuntungan juga terjadi di perusahaan-perusahaan sektor telekomunikasi, teknologi, dan media saat pandemi corona ini. Laba PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) meningkat Rp 128 miliar dari Rp 382 miliar menjadi Rp 510 miliar. Sementara, untung PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) naik Rp 6,7 miliar menjadi Rp 31,2 miliar dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) meningkat Rp 4 miliar menjadi Rp 156 miliar. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,88 persen menjadi Rp 6,49 triliun karena pertumbuhan pendapatan dari layanan data sebesar 17 persen.

Telkom Untung 5,8 Triliun

Karyawan Telkomsel tersenyum gembira atas kinerja perusahaan / Tribun News

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) mencatat laba bersih Rp 5,8 triliun pada kuartal 1 tahun 2020. Pandemi covid-19 juga telah menjadi peluang meraup rejeki bagi Telkom untuk makin meningkatkan performa. Gaya hidup masyarakat terpaksa berubah karena penerapan PSBB menjadi lebih digital untuk memenuhi berbagai aktivitas dari rumah, seperti bekerja, belajar, hingga berbelanja. Pada semester I 2020 ini, Telkom telah menghabiskan Rp. 3,7 triliun untuk belanja modal guna memenuhi lonjakan trafik penggunaan internet yang naik sebesar 15,6 persen menjadi 9,6 terabits per seconds (Tbps) dari yang sebelumnya 8,3 Tbps. Rata-rata konsumsi layanan data juga mengalami kenaikani 6.533 megabyte (MB) per pelanggan atau tumbuh sebesar 42,4 persen.

Baca : Cara Menetapkan Tujuan Perusahaan Agar Cepat Mendapatkan Keuntungan

Digital Business Telkomsel dan fixed broadband IndiHome merupakan penyumbang terbesar dalam pencapaian pertumbuhan Telkom yaitu masing-masing tumbuh sebesar 16,3 persen dan 19,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kinerja IndiHome sendiri makin baik dengan pendapatan Rp 5,1 triliun dan pertumbuhan pelanggan sebesar 31,4 persen menjadi 7,3 juta pelanggan. Untuk paket data Telkomsel, kinerja digital business semakin cerah dengan pendapatan Rp 15,83 triliun yang dimotori oleh layanan data, sehingga memberikan kontribusi hingga 70,6 persen dari total pendapatan.

Tiga Kuadran Risiko Bisnis Saat Pandemi

Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto memperkirakan perusahaan disektor perkebunan, pengolahan, serta perdagangan besar dan eceran, yang sebelumnya menjadi kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I/2020 akan mengalami penurunan keuntungan lebih dalam pada kuartal selanjutnya bila pandemi corona berlanjut. Berdasarkan analisa tiga kuadran risiko dampak pandemi corona seperti risiko penyebaran virus corona, risiko depresiasi nilai tukar rupiah dan risiko beban utang maka dampak buruk akan dirasakan oleh semua sektor kecuali rokok, konsumer, media, unggas, telekomunikasi, dan menara komunikasi.

Sedangkan untuk risiko interest coverage maka akan sangat berpengaruh terhadap sektor konstruksi.

Secara garis besar, sektor rokok, konsumer, dan menara komunikasi dinilai memiliki risiko terendah. Sebaliknya, risiko paling tinggi ada pada sektor pertambangan, perkebunan, serta pelabuhan.

Topik Terkait

Bisnis PlanCOVID 19FinanceFMCGGrowth HackingKomunikasiLaporan KeuanganPerbankanPertumbuhan
Masalah Bisnis? Kami Siap Membantu
  • Growth Strategy
  • Digital Marketing
  • Sales Operational
  • Business Development