Strategi Mengelola Bisnis Ditengah Pandemi Corona

Strategi Mengelola Bisnis Ditengah Pandemi Corona

Pandemi corona telah menyebabkan resesi dan krisis ekonomi diseluruh dunia. Dibutuhkan strategi bisnis yang jelas dan terukur untuk dapat lebih dari sekedar bertahan ditengah pandemi ini. Langkah-langkah kebijakan publik yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 telah menghasilkan gangguan yang signifikan bagi operasional bisnis.

PSBB yang diberlakukan telah menyebabkan distrupsi bisnis dalam skala raksasa. Keterbatasan ruang greak dan mobilitas bagi staf terutama tenaga penjualan, tersendatnya rantai pasokan, kekurangan persediaan hingga turunnya permintaan konsumen dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan masalah seruis bagi bisnis dan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut data dari BPS, pandemi COVID-19 ini mampu menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 hanya sebesar 2,97 persen. Pertumbuhan ekonomi kita mengalami penurunan sebesar 2,41 persen bila dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ini adalah yang terburuk sejak era presiden Gus Dur tahun 2001. Konsumsi rumah tangga yang memiliki kontribusi ekonomi sebesar 58,14 persen juga hanya tumbuh 2,84 persen (periode yang sama tahun lalu berhasil tumbuh 5,02 persen).

Sedangkan sumber dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengatakan bahwa sudah 6 juta pekerja mengalami PHK. Hal senada juga diungkapkan Ketua Apindo, Hariyadi Sukamdani yang memprediksi 40 persen pekerja Indonesia bakal terkena PHK. Apindo mengharapkan UMKM dapat menampung korban PHK ini untuk mencegah perekonomian makin terpuruk.

UMKM Perlu Strategi Bisnis

Berdasarkan data per Mei 2020, jumlah UMKM yang gulung tikar atau bangkrut mencapai 30.000 usaha.

Namun nasib yang sama juga dialami oleh pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan data per Mei 2020, jumlah UMKM yang gulung tikar atau bangkrut mencapai 30.000 usaha.

Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga dan Kementerian UMKM, pandemi virus corona memberikan pukulan besar terhadap keberlangsungan bisnis UMKM. "Diramalkan survei 47 persen UMKM berhenti berusaha, kami juga mencatat hal yang sama," katanya dalam diskusi virtual Himpuni pada 20 Mei 2020 lalu.

Masalah kelangsungan usaha dari kebanyakan UMKM adalah masalah kesehatan likuiditas dan arus kas, sehingga harus merumahkan tenaga kerjanya. Termasuk juga dari sisi pemasok karena terganggunya distribusi selama masa PSBB. Selain itu, pelemahan dari sisi permintaan secara tiba-tiba dalam jumlah besar semakin menekan keberlangsungan UMKM dalam negeri. Yuk, kita simak bagaimana strategi bisnis untuk mengatasi permasalah likuiditas dan arus kas ini.

Strategi Mengatasi Masalah Arus Kas

Cash is the King. Meningkatkan stabilitas bisnis adalah prioritas utama. Stabilitas tidak akan terjadi apabila kita tidak memiliki manajemen arus kas atau setara kas yang cukup. Saat ini strategi bisnis kita ditengah pandemi corona harus sudah memasuki tahap Cash Conservation Mode. Tahap ini semua biaya dan investasi harus ditekan seminimal mungkin demi kelangsungan hidup usaha setelah pandemi berakhir. Bila kita telah memiliki stabilitas kas, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan transformasi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan new normal dalam dunia bisnis.

Ada tujuh tempat dimana kita dapat menemukan kembali uang kas di bisnis kita, yaitu : harga, volume, harga pokok penjualan, biaya overhead, piutang usaha, persediaan barang dan hutang. Mengetahui posisi ini akan memudahkan kita untuk melakukan perencanaan dalam mengoptimalkan uang kas.

Langkah yang dapat diambil untuk menambah likuiditas dan manajemen arus kas dari operasional :

  • Menerbitkan faktur penjualan segera dan tepat waktu
  • Menawarkan diskon menarik untuk pembelian tunai
  • Mengawasi penagihan piutang pada pelanggan dengan puitang besar
  • Mengurangi kuantitas pemesanan stok tetapi menambah frekuensi pemesanan
  • Memberikan diskon khusus pada barang slow moving dan kurang laku
  • Memprioritaskan pembayaran kepada suplier yang penting

Memanfaatkan Insentif dan Stimulus Ekonomi

Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan memonitor insentif pajak dan program stimulus pemerintah agar dapat memanfaatkannya secara tepat. Pemerintah telah menambah lagi 11 sektor selain industri manufaktur untuk mendapat insentif pajak stimulus tahap 2 dalam rangka meredam dampak COVID-19 terhadap ekonomi.

Insentif pajak ini berupa relaksasi pajak penghasilan Pasal 21 yang ditanggung pemerintah, PPh Pasal 22 Impor yang dibebaskan dalam jangka waktu tertentu, PPh Pasal 25 diberikan diskon 30 persen, dan percepatan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan batasan yang dinaikan menjadi Rp. 5 milyar.

Setelah melakukan strategi bisnis optimalisasi pengeluaran, memanfaatkan insentif pajak dan program stimulus untuk dunia usaha, kini kita dapat mengalihkan perhatian untuk meningkatkan pendapatan tunai pada masa pandemi corona. Setiap pengeluaran yang dilakukan harus berbasis pendapatan atau yang mendatangkan penjualan. Penjualan adalah masalah mendatangkan calon pelanggan dan mempertahankan klien yang sudah ada.

Apabila bisnis kamu belum memiliki platform CRM (Customer Relationship Management), kini adalah saat yang baik untuk melakukan investasi pada platform tersebut. Namun bila tidak memiliki anggaran sama sekali untuk ini, tabel excel dapat dijadikan CRM sederhana dengan sedikit modifikasi.

Melakukan Riset Pasar

Melakukan riset pasar sangatlah penting terutama dimasa terjadinya banyak perubahan pasar saat pandemi ini. Walaupun sebelumnya telah memiliki pelanggan loyal namun perilaku konsumen akan selalu berubah. Riset pasar ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana produk atau layanan dapat dikembangkan, mencari niche market, mengetahui demografi target pelanggan serta apa kebutuhan dari pelanggan hingga mengetahui siapa kompetitor kita dan seberapa sengit persaingan pasar yang akan kita hadapi.

Riset ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti melakukan survey pada pelanggan atau pengunjung toko, survey online pada sosial media dengan Google Form, tentu dengan memberikan giveaway agar semakin banyak orang yang tertarik mengisi kuosioner kita. Untuk memperkaya hasil survey dan riset, dapat juga dilakukan konsultasi bisnis pada konsultan profesional untuk mendapatkan pandangan dan intepretasi obyektif terhadap hasil riset. Kita dapat belajar dan menggali banyak hal pada mereka yang sudah profesional pada bidangnya.

Promosi Sosial Media Dengan Strategi Terukur

Menurut riset dari wearesocial.com, pengguna sosial media di Indonesia mencapai 175,4 juta ditahun 2020. Bila kita berhasil, dengan strategi yang tepat tentu saja, untuk mendapatkan perhatian dari 1 persen pengguna maka jumlah calon pelanggan yang kita raih akan sangat besar.

Promosi bisnis disosial media akan semakin menggiurkan dan disukai konsumen apabila penyajian kontennya menarik. Salah satu cara yang sedang tren adalah dengan konten marketing melalui vidoe marketing. Tampilannya yang lebih komunikatif, enak dilihat dan mudah dimengerti akan membuat media promosi ini dirasa paling ideal guna mendapatkan perhatian.

Video juga sangat membantu konsumen untuk memahami produk dan layanan yang kita tawarkan. 76 persen marketer mengatakan bahwa video marketing membantu meningkatkan penjualan dan kunjungan ke website. 47 persen konsumen juga merasa terbantu dengan konten vidoe yang mampu menjelaskan cara pemakaian produk.

Selain meningkatkan penjualan, 80 persen tenaga penjualan mengatakan bahwa konten video yang menarik mampu mempersingkat waktu dealing dan closing pada klien. Oleh karena itu, pembuatan video marketing juga akan menaikkan engagement brand dan brand recognition di sosial media.

Fokus Pada Pertumbuhan dan Inovasi

Database konsumen yang telah dirangkum dalam CRM tersebut dapat dipakai untuk meningkatkan pertumbuhan atau arus kas. Pertanyaan yang diajukan adalah dapatkah kita menemukan cara meningkatkan LTV (Life Time Value) dari para pelanggan kita atau mendapatkan referensi untuk pelanggan baru? Banyak kanal marketing yang dapat diadopsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanpa biaya besar bahkan lebih murah dari UMR.

Selanjutnya berfokuslah pada model bisnis inovatif. Tingkatan dari inovasi ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat, mulai dari yang sederhana hingga lanjutan, yaitu : inovasi inkremental, inovasi sustainable dan inovasi distruptif. Sebelum melakukan inovasi, kita harus mengetahui dengan jelas apa tujuan bisnis kita. Apabila kita tidak mengetahui mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan sekarang, sangat sulit untuk dapat berinovasi.

Inovasi inkremental dimulai dari langkah kecil dengan memakai produk yang telah kita miliki serta berfokus pada sektor yang tengah berjaya pada pandemi ini seperti kesehatan, e-commerce, gaming, telekomunikasi dan internet. Perhatikanlah kebutuhan yang sektor tersebut perlukan dari bisnis kita. Seperti strategi bisnis yang dilakukan oleh Ratu Saskia Bilqis seorang pengusaha fashion RB Syari dengan menjual masker kain dengan harga murah untuk menunjukan empati kepada masyarakat ditengah pandemi COVID-19 dan melakukan donasi dengan sembako.

Inovasi sustainable atau berkelanjutan dilakukan dengan cara menambahkan penawaran dari produk dan jasa yang telah ada. Namun belum pernah ditawarkan oleh perusahaan. Strategi bisnis inovasi berkelanjutan dilakukan oleh Khairani Marda, pemilik dari usaha Baby Zio dengan menjual buku buku cerita anak impor dengan harga murah serta bekerja sama dengan branded merchant seperti Hasbro, Toy Kingdom dan Kidz Station untuk menjual main anak-anak. Semuanya ini adalah produk komplementer dengan target market yang sama.

Inovasi distruptif ini adalah yang sering dimaksudkan oleh orang awam ketika mereka berbicara tentang inovasi seperti yang dilakukan oleh Apple, Netflix, Uber dsb. Cara berinovasi distruptif ini akan dibahas dalam tulisan lain.

Topik Terkait

InsightBisnis PlanBisnis UKMCOVID 19Finance
Masalah Bisnis? Kami Siap Membantu
  • Growth Strategy
  • Digital Marketing
  • Sales Operational
  • Business Development