Menilai Kesuksesan Wanita Sebagai Pemimpin

Menilai Kesuksesan Wanita Sebagai Pemimpin

Apakah perempuan adalah pemimpin yang baik? Selama ini sedikit sekali perempuan yang menempati tempat nomor satu di sebuah kepemimpinan baik itu negara ataupun perusahaan.

Saat COVID 19 ini melanda seluruh dunia maka semua kepala negara menghadapi masalah yang sama. COVID 19 adalah virus yang sangat cepat menular, belum bisa di prediksi dan banyak menimbulkan kematian pada penderitanya. Permasalahan yang di hadapi seluruhnya sama sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilan dari para pemimpin Negara tersebut.

Negara mana saja yang dapat mengatasi masalah ini dengan sangat baik?. Dan ternyata negara yang di pimpin oleh kepala negara perempuan, seperti New Zealand, Denmark, Finland, Germany, Iceland, Norway dan Taiwan adalah sedikit dari negara yang dianggap badan dunia mempunyai tingkat keberhasilan menghadapai pandemi ini dengan sangat baik.

Tetapi sangat disayangkan hanya 7% perempuan yang bisa menduduki posisi pimpinan tertinggi tersebut. Bila kita lihat sejak 60 tahun lalu yaitu sejak tahun 1960 hingga 2020, hanya 58 negara yang pernah di pimpin oleh perempuan. Sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah negara di seluruh dunia dan kurun waktu yang panjang tersebut.

Mari kita lihat prestasi dari kepala negara perempuan tersebut yang berhasil dalam mengatasi COVID 19. Tingkat keberhasilan di ukur dari laju kematian per satu juta penduduk.

  • Rata-rata negara yang dipimpin oleh pria mempunyai 214 kematian karena virus corona per satu juta penduduk di wilayah itu.
  • Sementara di negara yang memiliki kepala negara perempuan hanya 1/5 dari jumlah tersebut per satu juta penduduk atau hanya 43 kematian per satu juta penduduk di daerah tersebut.

Negara German di bawah pimpinan Angela Merkel, memiliki angka kematian yang jauh lebih rendah daripada negara tetangganya yang dipimpin oleh kepala negara pria seperti Inggris, Prancis, Italia atau Spanyol.

Finlandia dengan Perdana Menteri Sanna Marin yang memerintah koalisi empat partai, memiliki kematian 10% lebih rendah daripada Swedia.

Tsai Ing-wen, presiden Taiwan, telah memimpin salah satu upaya paling sukses di dunia dalam penanggulangan pandemic COVID 19 dengan menggunakan pengujian, pelacakan kontak dan tindakan isolasi untuk mengendalikan infeksi tanpa lock down penuh secara nasional.

Pandemi COVID 19 ini membuahkan pelajaran bagi dunia tentang bagaimana sebenarnyanya cara perempuan memimpin untuk membuahkan kesuksesan ini.

Mengapa Kepala Negara Perempuan Ini Suskses Mengatasi Pandemic COVID 19?

Mau Mendengarkan Dan Menerima Masukan

Para pemimpin perempuan tidak menderita sindrom percaya diri berlebihan, mereka mencari masukan dan mendengarkan banyak ahli. Mereka punya kerendahan hati untuk mendengarkan berbagai pendapat dan mengelilingi dirinya dengan ahli dari berbagai bidang sebelum membuat keputusan.

Kerendahan hati ini membuat pemimpin perempuan tidak bersikukuh hanya dengan pendapat priadinya dan mengambil keputusan berdasarkan ego pribadi.

Ketika menghadapi sesuatu yang belum pernah terjadi dan fenomena baru, kesediaan untuk mendengarkan berbagai opini ahli tentang hal itu akan membuat seorang pemimpin mempunyai perkiraan yang lebih tepat tentang apa yang sedang terjadi.

Baca : Kesenjangan Sosial Adalah Masalah Kesempatan Untuk Maju

Bila suatu masalah bisa dipetakan dengan lebih jelas, maka pengambilan keputusan yang terjadi akan lebih tepat.

Perdana Menteri Merkel mempertimbangkan berbagai sumber informasi yang berbeda dalam kebijakan pandemic COVID 19 ini, termasuk model epidemiologi, data medis dan bukti dari program pengujian dan isolasi Korea Selatan yang sukses.

Akibatnya, negara tersebut telah mencapai tingkat kematian akibat virus korona yang secara dramatis lebih rendah daripada negara-negara Eropa Barat lainnya. Kenapa harus malu bila kita bisa belajar dari orang lain yang sudah mengalaminya lebih dahulu?

Swedia dan Inggris yang dipimpin oleh pria memiliki angka kematian akibat virus corona yang tinggi, karena mengandalkan hanya pada pemodelan epidemiologi yang di buat oleh penasihat mereka sendiri, dengan menggunakan informasi yang berbeda dari pendapat ahli negara luar negara itu.

Bertindak Lebih Cepat

Pemimpin negara perempuan ini mempunyai data yang cukup karena hal itu pulalah mereka melakukan tindakan lebih cepat di banding pemimpin pria. Mereka tidak mementingkan ego tetapi lebih ke hasil.

Ketika pemimpin hanya mengedepankan keinginan untuk menyelesaikan masalah tanpa mempertimbangan keuntungan pribadi dan popularitas mereka, maka tindakan akan bisa di ambil cepat.

Simpati

Kepala Negara perempuan lebih mempunyai simpati. Empati dan simpati bukanlah kelemahan tetapi justru kekuatan dari pemimpin perempuan.

Mereka menyadari beratnya bila terjadi isolasi untuk masyarakatnya karena selain mengganggu hubungan bermasyarakat tetapi juga ekonomi.
Menyadari kebutuhan dampak yang di hadapi masyarakatnya mebuat mereka mendesign kebijakan yang lebih efektif dengan sistem pengujian dan isolasi yang terlokalisasi agar ekonomi tidak sepenuhnya mati.

Perdana Menteri New Zeland Ardern berbicara kepada bangsa melalui sesi kasual Facebook. Mengenakan kaus yang terlihat nyaman, beliau berempati dengan kecemasan warga dan melakukan permintaan maaf kepada siapa pun yang terkejut atau khawatir dengan peringatan darurat yang mengumumkan isolasi.

Beliau menanggapi kekuatiran semua orang secara manusiawi dengan memberikan pemberitahuan, menjelaskan alasan dari langkah-langkah yang di ambil dan memberikan harapan. Semuanya di lakukan dari rumah beliau, untuk menujukan bahwa hal yang sama juga memberi efek pada dirinya walau beliau adalah pemimpin Negara.

Apakah perempuan adalah pemimpin yang lebih baik dari pria?. Walaupun beberapa penelitan menunjukan hal tersebut, tetapi saya juga mengkreditkan kepada penduduk negara yang mau memilih kepala negara perempuan itu termasuk dalam factor yang menentukan keberhasilan dari para kepala Negara perempuan tersebut.

Tidak semua budaya masyarakat memihak kepada pemilihan perempuan sebagai pemimpin. Masyarakat dengan budaya tersebut akan beraksi berbeda juga bila mengalami krisis bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak memihak pemimpin perempuan. Salah satu perbedaannya adalah lebih menghargai skill tanpa peduli bahwa itu perempuan atau laki laki.

Masyarakat yang memilih pemimpin perempuan juga memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi terhadap pendapat dan kemungkinan baru. Kepribadian seperti ini menyebabkan mereka lebih mau melakukan tindakan darurat yang tidak biasa dalam hidup mereka seperti isolasi.

Apakah perempuan menjadi peminpin lebih baik dari pria?

Perempuan mempunya nilai lebih tinggi di banding pria untuk hampir semua skill kepemimpinan. Penelitian yang di lakukan oleh Harvard Business School membuktikan bahwa secara statisitk perempuan mempunyai nilai lebih tinggi di banding pria untuk hampir semua kompetensi yang di ukur.

Walaupun demikian pada kenyataannya masih sangat sedikit perempuat berada di kedudukan senior leadership di berbagai organisasi termasuk perusahaan.

Hanya 4,5% dari Fortune 500 CEO dan hanya 2% dari S&P 500 CEO adalah perempuan. Jumlah itu semakin menurun, terutama di bidang pekerjaan yang dipercaya bahwa pria lebih baik dari perempuan seperti IT, Management Operasi dan Legal.

KemampuanWanita (%)Pria (%)
Ketangguhan 54.749.3
Mengambil inisiatif 55.648.2
Praktek pengembangan diri 54.849.6
Berorientasi pada hasil53.948.8
Integritas dan kejujuran yang tinggi 54.049.1
Mengembangkan orang lain 54.149.8
Menginspirasi dan memotivasi orang lain 53.949.7
Kepemimpinan yang berani 53.249.8
Membangun hubungan dan relasi53.249.9
Kemampuan melakukan perubahan53.149.8
Menetapkan tujuan jangka panjang52.649.7
Kolaborasi dan kerjasama tim 52.650.2
Terhubung ke dunia luar 51.650.3
Berkomunikasi dengan produktif 51.850.7
Memecahkan dan menganalisis masalah 51.550.4
Pengambilan keputusan tepat dan cepat 51.550.5
Kemapuan berinovasi 51.451
Keahlian teknis atau profesional 50.151.1
Mengembangkan pemikiran strategis 50.151.4

Dengan berbagai bukti bahwa perempuan mampu memegang posisi leadership, mungkin sudah waktunya perusahaan memberikan kesempatan lebih besar pada perempuan untuk mencapai senior level di management.

Steriotip yang mengatakan bahwa perempuan tidak bisa mengambil keputusan dan terlalu ber empati sehingga di anggap lemah adalah suatu argument yang lemah.

Dari berbagai penelitian kemampuan perempuan mengambil keputusan sulit dengan cepat sudah banyak terbukti. Sisi empati terhadap manusia yang terlibat didalamnya membuat pemimpin perempuan lebih strategis dan terarah dalam memecahkan masalah.

Pada akhirnya kita mengetahui bahwa kita memimpin manusia bukan barang dan setiap manusia mempunyai keinginan untuk di dengar dan di perhatikan. Empati adalah kekuatan yang besar bagi pemimpin perempuan.

Topik Terkait

InsightCorporate CultureGrowth HackingKomunikasiLeadership
Masalah Bisnis? Kami Siap Membantu
  • Growth Strategy
  • Digital Marketing
  • Sales Operational
  • Business Development